Training, Mentoring, Coaching: Apa Bedanya?

Oleh Fianda Julyantoro - 21 Februari 2019
490 kali telah dibaca

Semua pebisnis pasti ingin kapasitas usahanya meningkat. Untuk itu, mereka berlomba mengikuti program-program peningkatan kapasitas usaha, entah itu seminar, training, workshop, mentoring, coaching, dan sejenisnya. Mulai dari yang gratis hingga berbiaya selangit, program peningkatan kapasitas usaha ini banyak dikejar para pebisnis dalam rangka menaikkan skala bisnisnya. Karena banyaknya pilihan yang ditawarkan, tentunya calon peserta bisa memilih sesuai kebutuhan dan kapasitas bisnisnya.

Dalam prakteknya, belum semua pebisnis memahami perbedaan program peningkatan kapasitas usaha yang marak ditawarkan oleh berbagai lembaga pelatihan bisnis saat ini. Apa itu seminar, training, workshop, mentoring, coaching, masih menjadi hal yang awam bagi mereka. Bahkan dalam kondisi riil di lapangan, implementasi program-program tersebut saling tumpeng tindih.

Untuk itu, kali ini kita akan membahas secara singkat mengenai perbedaan training, coaching, dan mentoring. Tujuannya agar menjadi panduan bagi Anda para pebisnis untuk memilih program peningkatan kapasitas usaha sesuai kebutuhan.

1. Training

Berbeda dengan seminar yang bisa dikatakan sarana penyampaian ide atau pemikiran dari pemateri, format training (bisa juga disebut pelatihan atau workshop) lebih pada transfer skill atau keahlian yang diberikan seorang trainer kepada peserta training (trainee).

Jadi, komponen yang ada dalam training adalah:

a. Trainer, yaitu orang yang mentransfer skill atau keahlian kepada peserta training.

Seorang trainer haruslah seorang yang benar-benar ahli di bidangnya dan sekaligus memiliki kemampuan untuk mentransfer keahliannya ke peserta training. Seorang trainer dituntut untuk memiliki metode penyampaian materi sehingga mudah diterima oleh peserta training.

b. Peserta training (trainee), yaitu orang yang membutuhkan transfer skill atau keahlian dari seorang trainer.

c. Skill atau keahlian yang ditransfer.

Dalam hal ini, materi training biasanya berupa keahlian praktis yang bisa diimplementasikan oleh peserta training bagi bisnisnya, misalnya teknik foto produk dengan smartphone, strategi online marketing dengan Instagram dan FBAds, teknik berjualan di Tokopedia, Buka Lapak & Shopee dan materi sejenisnya.

d. Metode transfer skill.

Metode yang paling tepat dalam transfer skill adalah dengan cara mempraktekkan materi yang disampaikan. Sebuah training tanpa praktek bisa dikatakan hanya sebuah seminar semata. Untuk mempermudah pemahaman peserta training, penyampaian materi akan lebih praktis jika menggunakan tampilan slide, alat peraga, dan alat bantu lainnya.

2. Mentoring

Mentoring bisa dikatakan sebagai proses transfer pengalaman dari seorang mentor kepada peserta mentoring (mentee). Dalam hal ini, seorang mentor mengajarkan segala metode dan strategi sukses berdasarkan pengalaman pribadinya selama membangun bisnis. Untuk itu, syarat utama seorang mentor adalah harus benar-benar ahli dan berpengalaman di bidangnya.

Transfer pengalaman dalam mentoring dilakukan dengan sistem penugasan setelah sebelumnya sang mentor menggali dan menganalisa permasalahan yang dialami mentee-nya. Agar memperoleh hasil yang optimal, seorang mentee sebaiknya memberikan fakta secara terbuka tentang kondisi bisnisnya beserta kendala-kendala yang dihadapi.

Misalnya, seorang mentee mengalami masalah dalam pembuatan laporan keuangan bisnis. Maka, sang mentor akan memberikan arahan langkah-langkah untuk memperbaiki laporan keuangan tersebut. Tapi, seorang mentee jangan pernah berharap sang mentor akan membantu mengerjakan hal-hal teknis. Tugas seorang mentor hanya menganalisa dan mengarahkan langkah penyelesaiannya. Seorang mentee harus pro aktif mencari solusinya karena bagaimana pun ini untuk kepentingan bisnisnya juga.

Karena hubungan antara mentor dan mentee ini lebih bersifat personal dan jangka panjang, bukan klasikal dan jangka pendek seperti pada seminar dan training, maka sangat penting bagi seorang mentee untuk mencari mentor yang sreg di hati.

3. Coaching

Titik berat coaching adalah pada proses perubahan mindset seorang peserta coaching (disebut”coachee”). Seorang coach lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator yang membantu coachee menemukan passion terhadap bisnisnya, memberikan alternatif solusi dari permasalahan yang dihadapi, dan menggali kekuatan positif dari dalam diri (internal streght) sehingga coachee memiliki inisiatif untuk berkembang.

Seorang coach kadang mengajukan pertanyaan atau melontarkan ide-ide liar yang menggelitik kreativitas coachee sehingga si coachee tergerak menggali ide tersebut lebih dalam dan mewujudkan dalam suatu rencana bisnis yang lebih matang.  

Bagikan ke :

Komentar

Perlu akses login!