Sebongkah Harapan Baru untuk Korban Gempa Lombok

Oleh Nuryati Yuliana - 11 April 2019
446 kali telah dibaca

Awalnya saya bingung, menjadi pendamping diklat KUMKM itu tugas dan perannya apa dalam masyarakat. Meski sudah mendapatkan training dari BALTKOP Provinsi Nusa Tenggara Barat, namun saya masih meraba-raba, apa sebenarnya tugas kami di lapangan.

Menjadi Pendamping Diklat KUMKM adalah suatu tugas mulia bagi saya. Berbagi ilmu serta mendengar keluh kesah dari para pelaku UKM merupakan hal yang menyenangkan, memberikan mereka semangat serta dorongan untuk berubah menjadi lebih baik adalah pekerjaan yang tentunya suatu hal yang bisa dibilang sangat menarik dan hampir dibilang mustahil untuk dapat diterapkan.


Kabupaten Lombok Utara adalah kampung halaman saya sekaligus kota tempat saya bertugas. Tepatnya di Kecamatan Tanjung. Kabupaten ini mendadak menajadi Kabupaten yang sangat santer dibicarakan seindonesia. Daerah yang menjadi primadona pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat ini dihantam bencana yang sangat dahsyat, yaitu Gempa bumi berkekuatan 7,0 SR pada tanggal 5 Agustus 2018 yang lalu mengakibatkan sektor perekonomian lumpuh total dan tentu saja, sektor pariwisata yang sangat berat terkena dampak dari bencana ini.


Seiring berjalannya waktu, masyarakat Kabupaten Lombok Utara sedikit demi sedikit mulai bangkit dari keterpurukan ekonomi. Tidak terkecuali bagi ibu Ani yang tempo hari saya temui di dusun Montong Desa Jenggala Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.  Ia sehari-harinya adalah seorang ibu Rumah Tangga. Mempunyai 2 orang anak yang masih sekolah dan tentu saja sangat memerlukan banyak biaya untuk kehidupan sehari-hari. Ibu Ani perempuan berusia sekitar 36 tahun ini berpikir keras untuk memenuhi keuangan keluarga. Jika hanya mengandalkan pendapatan suami yang menjadi buruh pariwisata di pulau Gili Trawangan, tentu tidaklah cukup. Terlebih lagi, kini Gili Trawangan amatlah sepi pengunjung, baik turis lokal ataupun mancanegara. Ia lantas bangkit dan memulai usaha meski masih sangat jauh dari harapan. Ibu Ani menjual jajanan kering khas Lombok Utara. Jajanan Elak-elak namanya. Walau kemasannya belum semenarik kemasan jajanan yang ada di supermarket-supermarket,  jajanan ini sangatlah populer dan tentu saja, rasanya pun sangat enak.


Ketika saya bertemu ibu Ani, ia kaget dan awalnya mengira saya adalah seorang karyawan Bank atau finance yang datang menagih hutang! Setelah membutuhkan waktu sedikit lama menjelaskan siapa saya dan apa pekerjaan saya, ia pun mulai sedikit lega. Kemudian kamipun bercerita dan bertanya satu sama lain perihal keinginan dan juga tujuan saya datang menemuinya. 


Setelah mendengar cerita tentang perjalanan bisnis bu Ani, yang hanya berjualan di kampung sekitarnya dan memiliki omzet yang tak seberapa, sayapun memberikan saran agar ibu Ani tak pantang menyerah dalam berusaha dan memperkenalkan usahanya. Menitipkan jajannya di toko-toko dan juga memasarkannya di kantor-kantor besar yang ada di Kabupaten Lombok Utara menjadi awal progres pemasaran yang saya sarankan untuknya. Ia pun kembali tersenyum. Binar-binar harapan untuk bangkit dan maju terpancar dalam sorot matanya. Kini ibu Ani semakin percaya diri dan semangat untuk berusaha setelah bertemu saya. Kedepannya kami ingin membawa usaha bu Ani menjadi jajanan oleh-oleh Khas Lombok Utara. 


Mendampingi bu Ani dan juga ibu-ibu pelaku usaha lainnya yang menjadi korban bencana di Kabupaten Lombok Utara adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan bagi saya. Semoga kedepannya akan lebih banyak lagi bongkahan-bongkahan harapan untuk mereka korban gempa Lombok Utara.

Bagikan ke :

Komentar

Perlu akses login!