Ini Dia Cara Mendapatkan Permodalan dalam Bisnis

Oleh Mulkan Putra Sahada - 01 Januari 2019
370 kali telah dibaca

Tidak sedikit orang yang memiliki niatan berbisnis, mengatakan terkendala persoalan permodalan. Karena kegelisahan yang tak kunjung mendapatkan solusi tersebut, berakibat pada menyusutnya semangat untuk berbisnis. Untuk itu, saya mencoba memberikan tips bagi Teman-teman sekalian yang mau melakukan bisnis namun terkendala oleh permodalan. Simak ya!

Dalam berbisnis, permodalan adalah keniscayaan. Jadi apapun bisnisnya, hampir bisa dipastikan butuh permodalan untuk melakukan bisnis yang akan dijalankan. Jumlah permodalannya berapa, itu beragam. Besar dan kecilnya jumlah permodalan sesuai dengan kebutuhan.

Paling tidak ada 3 skema umum yang dapat dilakukan dalam menghimpun permodalan. Salah satu dari skema ini dapat dilakukan dengan mudah oleh Teman-teman untuk memulai sebuah bisnis. Berikut skema-skemanya:

Pinjaman (hutang)

Skema yang pertama adalah pinjaman. Pinjaman adalah uang yang memiliki kewajiban untuk mengembalikan dari pemilik bisnis (debitur) kepada pemberi pinjaman (kreditur) dengan perjanjian waktu tertentu (tenor) dan jasa tertentu (bunga dalam istilah konvensional dan nisbah dalam istilah syariah).

Dalam melakukan pinjaman pun ada berbagai cara, misalnya dapat melalui pinjaman ke perseorangan, pinjaman ke bank maupun ke lembaga keuangan lainnya. Selama dalam melakukan perjanjian (atau dalam syariah adalah akad) sadar akan konsekwensi yang nantinya akan diterima, maka sah-sah saja mau melakukan pinjaman ke pihak manapun. Konsekwensi atas fasilitas yang didapat juga kewajiban yang harus dipenuhi ke pihak pemberi dana (kreditur).

Kewajiban pinjaman adalah memberikan angsuran tiap bulan berupa pokok pinjaman ditambah bunga. Misalnya si Ana mengajukan pinjaman ke bank ABC sebesar 100 juta dengan tenor 5 tahun dan bunga 10% per tahun dalamrangka untuk membuka bisnis barunya berupa toko fashion.

Maka si Ana paling tidak menyiapkan dana sebesar 100 juta dibagi 60 (bulan) sebagai pokok pinjaman dan 100 juta dibagi 0,83% sebagai pokok bunga. Atau sebesar 1,7jt ditambah 800 ribu sama dengan 2,5 juta.

Investasi

Skema yang kedua adalah investasi. Berbeda halnya dengan pinjaman, investasi adalah penghimpunan dana yang dilakukan pemilik bisnis kepada calon investor untuk menaruh uangnya ke bisnis yang dimiliki oleh pemilik bisnis. Diantara metode yang lazim digunakan dalam menghimpun dana investasi adalah menggunakan metode lot (lembar saham).

Misalnya si Ini menyusun rencana bisnis berupa bisnis laundry dengan kebutuhan dana investasi sebesar 100 juta. Karena memerlukan permodalan maka si Ini melakukan pembukaan kesempatan investasi kepada calon investor dengan menyebar 1000 lembar saham yang per lembar nya memiliki nilai 100 ribu.

Dalam investasi kuncinya adalah kepercayaan. Maka meyakinkan calon investor menjadi pekerjaan utama bagi pemilik bisnis saat penghimpunan permodalan. Semakin banyak calon investor yang diyakinkan dan percaya, maka semakin mudah pula mendapatkan permodalan dengan skema investasi.

Apabila dalam skema pinjaman muncul kewajiban pokok pinjaman dan pokok bunga, maka dalam investasi muncul yang namanya bagi hasil atau share. Share adalah hak yang diterima oleh investor atas dana yang dikelola oleh pemilik bisnis. Ada 3 model dalam pembagian bagi hasil yang dapat dilakukan oleh pemilik bisnis kepada investor, yaitu share omzet, share profit dan yang ketiga adalah share net profit.

Share omzet adalah share yang dibagi atas omzet penjualan yang didapatkan. Kemudian share profit adalah share yang dibagi atas laba kotor (laba kotor adalah margin penjualan). Sedangkan net profit adalah share yang dibagi atas laba bersih (laba bersih didapatkan setelah pengurangan laba kotor dengan biaya operasional).

Besaran share yang dibagi ditentukan oleh kedua belah pihak. Hal ini biasanya akan ditentukan berdasarkan resiko yang akan diterima oleh keduanya. Apabila resiko yang lebih besar didapatkan oleh pemilik bisnis, maka pemilik bisnis mendapatkan share yang lebih besar. Dan begitupun sebaliknya, apabila resiko yang lebih besar akan didapatkan oleh investor maka investor berhak mendapatkan share lebih besar.

Permodalan Sendiri

Kelihatannya lebih mudah dan nyaman, namun rupanya permodalan sendiri juga perlu perhitungan yang matang. Coba Teman-teman bayangkan, apakah Teman-teman rela uang sebesar 10 juta yang telah ditabung selama 5 tahun dengan mode hemat lenyap begitu saja? Atau uang pensiun habis tak berbekas? Tidak rela kan? Maka artinya, permodalan sendiri pun tidak boleh dihiraukan.

Ada tiga tipe orang yang sering menggunakan skema ini, yaitu orang (yang sudah terlanjur) kaya, pensiunan, dan bisnis rintisan tanpa permodalan yang besar (menyisihkan dari uang saku). Karena selain diantara 3 tipe orang tersebut, cukup sulit untuk melakukan bisnis dengan menggunakan permodalan sendiri.

Apabila dalam pinjaman dan investasi ada yang namanya kewajiban untuk orang lain, maka dalam permodalan sendiri akan muncul return of investment. Dimana permodalan akan kembali dalam waktu tertentu. Jadi kalau pinjaman ditandai dengan lunasnya pinjaman, kemudian investasi ditandai dengan selesainya masa kerjasama investasi, maka dalam permodalan sendiri ditandai dengan uang yang telah disetorkan untuk bisnis akan kembali utuh pada bulan ke berapa.

Kelebihan dalam permodalan sendiri memang minim resiko saat bisnis yang dijalankan tidak sesuai dengan espektasi dari pemilik bisnis. Dalam artian, apabila bankrut tidak begitu pusing untuk kewajiban kepada orang lain. Baik pemutusan kontrak (dengan skema investasi karena gagal), maupun pengembalian kewajiban pinjaman (padahal sudah tidak memiliki pendapatan untuk membayar pinjaman).

Apapun dan darimanapun itu, harus dihitung

Bagi Teman-teman yang memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis, maka dalam menghimpun permodalan sangat fardhu’ain untuk menghitungnya. Menghitung berapa kewajiban yang harus dibayarkan, biaya yang muncul, dan target penjualan atas bisnis yang dijalankan.

Misalnya si Ana melakukan bisnis dengan skema pinjaman ada kewajiban per bulan sebesar 2,5 juta, maka si Ana perlu mendapat pendapatan minimal 2,5 juta ditambah biaya operasional. Kemudian dalam bisnisnya, si Ana berhasil menjual batik dengan harga beli 50 ribu dan dijual 100 ribu sebesar 150 pcs dalam satu bulan, maka  si Ana mendapatkan laba kotor sebesar 7,5 juta.

Dengan skema pinjaman, si Ana memiliki kewajiban pinjaman 2,5 juta, biaya operasional 1 juta dan memiliki laba kotor 7,5 juta. Jadi si Ana setiap bulan paling tidak memiliki kas sebesar 7,5 juta dikurangi 2,5 juta dikurangi 1 juta sama dengan 4 juta. Berdasarkan hitungan tersebut, maka skema pinjaman yang akan dilakukan dalam bisnis si Ana tergolong baik. Artinya, si Ana kecil kemungkinan kesulitan untuk membayar kewajiban pinjaman kepada kreditur.

Jadi, pinjaman adalah langkah yang baik. Selama dihitung. Pinjaman yang tidak baik adalah pinjaman yang disalahgunakan dan tanpa perhitungan yang matang. Begitupun permodalan sendiri, akan terlihat tidak baik apabila ternyata pengalokasian permodalannya tidak sesuai dengan rencana awal. Dan juga investasi, akan baik jika ada perhitungan yang detail dan meyakinkan investor terkait pengeloaan dana yang dilakukan oleh pemilik bisnis. Apapun itu, baik permodalan sendiri, pinjaman maupun investasi akan baik selama dihitung dengan matang. Sebaliknya, akan merusak bisnis jika tanpa perhitungan alias ngawur asal-asalan.

Selamat berbisnis, saya berharap Teman-teman tidak galau lagi soal permodalan. Sukses yaa bisnisnya, chayo!

Sumber: https://prakarsaunggul.com/2018/12/14/ini-dia-cara-mendapatkan-permodalan-dalam-bisnis/

Bagikan ke :

Komentar

Perlu akses login!