Bekerja dengan UMKM

Oleh Fahmi Tibyan - 14 Februari 2019
385 kali telah dibaca

Saya hampir merasa putus asa, ketika mendampingi usaha mikro yang pada dasarnya mereka  tidak mau berubah. Sudah banyak sumberdaya, dana maupun pikiran untuk mengangkat level usaha mikro ini supaya berkembang ataupun naik level, namun dari waktu ke waktu mereka tetap begitu begitu saja. Bahasa jawannya panggah, Bahasa sehari harinnya stagnan alias tetap.

Kalau sudah seperti ini menurut saya diapa apain juga susah untuk berubah, karena pada dasarnya mereka tidak mau  merubah dirinya sendiri. Lalu apa yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan ? bukankah menurut data 57 juta UMKM di negeri ini paling banyak pada level mikro ini yang memang sudah merasa cukup (nerima) dengan keadaan ini ?

Kembali saya merenung, berarti ada yang salah dengan cara cara yang sudah ada. Mungkin kita melakukan dengan cara yang sudah pihak lain lakukan yang hanya berorentasi kepada melaksanakan kewajiban daripada berorentasi kepada perubahan.

Artinya apabila kita ingin mendapatkan hasil yang maksimal, namun dengan cara dan langkah yang sama berarti ada yang keliru dengan cara dan langkah kita.

Sementara itu ada usaha mikro yang ketika kita damping dan sentuh sedikit dia langsung action dan melakukan perubahan, Sehingga ketika bertemu kembali dalam kesempatan pendampingan, ia sudah melakukan perbaikan melebihi dari expektasi kita. Tipe seperti ini termasuk entrepreneur menurut saya, bukan sekadar tipe pedagang. Seorang entrepreneur tidak bisa dibendung, ketika ia mempunyai motivasi untuk belajar dan bergerak. Ia tidak hanya cukup duduk di kelas dan mendengarkan materi, ia akan bangkit untuk menghampiri dan melakukan, apa yang sudah dipelajari.

Merubah Diri Sendiri

Jujur saja, sebagai pendamping, konsultan apapun itu kalau yang didampingi tidak ingin dan tidak mau berubah tentu effort tenaga dan pikiran akan lelah sendiri. Kalau sudah begini, berarti ada yang salah dengan cara dan langkah saya.

Hingga suatu ketika, jadi tersadar bahwa sebelum merubah orang lain. Yang perlu kita rubah sebenarnya  adalah diri kita sendiri.  Tidak mungkin ingin mendapat hasil maksimal tanpa cara yang lebih cerdas dan kerja yang lebih keras.

Begitupula ketika berhubungan dengan usaha mikro kecil, tentu kita tidak hanya bisa memberikan saran ataupun advise yang normative dan teoritis saja, namun juga perlu berkolaborasi bersama memecahkan masalah yang dihadapi.

Kolaborasi

Ibaratnya, pengetahuan yang mengawang diatas langit, tidak akan ada hasilnya manakala tidak diturunkan ke atas bumi. He…maaf pakai Bahasa metafora.

Sehingga sinergi ataupun kolaborasi adalah keniscayaan. Manakala memang kita tidak ahli di bidang teknisnya. Biarlah persoalan teknis diserahkan kepada ahlinya yang menjadi makanan sehari hari usaha mikro kecil.

Pendamping bisa memasuki ruang ruang lain yang belum diisi, yang itu menjadi ketrampilan dan kapasitas dari seorang pendamping. Misalnya dalam hal akses permodalan, manajemen bisnis, keuangan maupun pemasaran.

Usaha mikro kecil jangan dipaksa untuk bisa menguasai semua hal. Karena jujur saja dari sisi kompetensi dan kemampuannya memang memiliki banyak keterbatasan. Tugas pendamping lah yang mengelaborasi berbagai potensi tadi suoaya bisa terangkat dan meningkatkan kapasitas usahanya, bukan sebaliknya sebagai “obyek” yang dijual untuk mendapatkan keuntungan dari pihak lain.

Bagikan ke :

Komentar

Perlu akses login!