Backward Bending Supply (HR Development Approach)

Oleh Mulkan Putra Sahada - 01 Januari 2019
364 kali telah dibaca

Jadi ceritanya saya lagi mereview beberapa materi kuliah, kemudian ketemu dengan istilah ini: backward bending supply. Teori ini menjelaskan tentang performance tenaga kerja.

Dalam teori tersebut menjelaskan bahwa manusia, dalam titik tertentu akan mengalami masa kejenuhan meski di-puss dengan pelatihan yang bertubi-tubi. Lebih uniknya, manusia saat dipekerjakan di pagi hari, bisa jadi hasilnya akan berbeda di saat pekerjakan sore harinya.

Yak, mood dan feel itu lah yang menentukan perfomance kerja karyawan. Makanya, ada yang bilang budaya dan lingkungan kerja harus dibuat nyaman.

Dalam riset SDM yang dilakukan oleh Gallop Organization, menyampaikan bahwa rupanya investor sekarang tidak hanya merekam dan meneliti kesehatan keuangan perusahaan. Namun ternyata, investor kontemporer juga menilai bagaimana iklim kerja dan kebanggaan karyawan terhadap perusahaan tempat kerja mereka.

Indikator bangga, variabel nya memang banyak. Namun yang paling signifikan adalah ketercukupan pemenuhan biaya kebutuhan hidup bagi keluarganya. Kalau karyawan mau loyal, salah satu syarat nya harus mendapatkan gaji yang layak! Terlepas ada variabel lain, seperti iklim kerja yang demokratis, minim waktu lembur, dsb.

Makanya, salah satu syarat yang kami sampaikan saat pendampingan adalah gaji karyawan MINIMAL UMR! Meski tidak langsung, namun harus diupayakan untuk mengarah kesana.

Karena dengan target minimal UMR, hampir bisa dipastikan akan merubah cara pandang. Silogisme lampau: bisnis ini omzetnya 100jt, maka kamu akan saya gaji 1jt. Kemudian kita ubah: kamu saya akan gaji 2jt, maka kamu harus mendapatkan omzet 200jt.

Selain itu, kami ingin menghapus stigma negatif bahwa bekerja di koperasi tidak diperhatikan kesejahteraan nya. Kenapa saya bisa bilang gitu? Karena saya punya pengalaman menarik.

Begini ceritanya, pernah suatu ketika saya melakukan open recruitment karyawan. Recruitment pertama, mencantumkan: “Open Recruitment Calon Karyawan Koperasi A”. Hasilnya, tidak lebih dari 20 lamaran yang masuk.

Uji coba yang kedua: “Open Recruitment Calon Karyawan A Mart”. Hasilnya, lebih dari 40 lamaran yang masuk. Wow!

Ada apa gerangan dengan kata-kata koperasi?

Oleh karenanya, hasil dari penemuan itu maka kami berupaya betul untuk bagaimana kesejahteraan karyawan terpenuhi. Salah satunya dengan memberikan gaji mereka UMR. Terlebih amanah yang tak pernah hilang bahwa keberadaan koperasi adalah untuk mensejahterakan masyarakat. Jadi semestinya, sudah menjadi wajar apabila bekerja di koperasi akan sejahtera, bukan sebaliknya.

Gaji UMR adalah salah satu ikhtiar untuk berbuat baik kepada manusia lainnya. Kita ikut seneng kan kalau karyawan nya pada sumringah, senyum manis gitu? Jadi bagaimana, sudah berani buat ngasih UMR?

Sumber: https://prakarsaunggul.com/2018/11/16/backward-bending-supply/

Bagikan ke :

Komentar

Perlu akses login!