Gula Kelapa Kristal - Gula Jawa - Gula Merah - Gula Semut

Oleh Sumartono - 21 Juni 2019
160 kali telah dibaca

Jika kamu melihat gula kelapa berbentuk padat dengan cetakan tertentu sudah familiar, nah bagaimana dengan gula kelapa semut halus? Buat kamu yang belum tahu mengenai gula semut merah, perkenalkan salah satu UMKM Jogja yang berlokasi di Kulon Progo, Yogyakarta yakni Kirey. Perlu digaris bawah, Kirey ini menggunakan gula kelapa ya, bukan gula aren.

Pak Tono mengangkat daerah tempat tinggalnya yang notabene petani kelapa dengan produk inovatif yakni gula kelapa semut. Usaha ini ia awali dari tahun 2007. Pria yang telah berpengalaman di bidang perhotelan ini mendapatkan supply gula dari sekitar 500 petani gula di daerahnya. Sebenarnya ide ini adalah alternatif usaha yang sebelumnya sudah dijalankan oleh keluarga secara turun temurun yakni usaha gula Jawa cetak. Jangan kaget, jika pemesanan membludak, produksi dalam satu minggu bisa mencapai 4 ton untuk gula semutnya saja.

Jenis gula kelapa atau gula Jawa yang akan diolah kembali
Proses dari nira (bakal gula) untuk menjadi gula juga perlu ketelatenan dan perhatian khusus. Dalam satu hari, proses dari pengambilan dan pengolahan nira harus cepat diselesaikan. Karena apabila terlambat penanganan setelah pengambilan dari pohon kelapa tersebut, nira tidak bisa diolah dan mengeras menjadi gula, melainkan seperti gulali dan rasanya asam. “Makanya kalau orang dulu mau buat gula harus ada istilahnya ‘laru’ bisa pakai getah manggis atau kulit manggis.” ungkapnya.

Kilas Balik Kirey Gula Semut

Nama Kirey pak Tono ambil dari bahasa Jepang yang berarti manis atau cantik. Awalnya Kirey memproduksi kerajinan dengan brand Kirey Craft. Usaha sudah cukup mumpuni karena ada HaKI sudah ada cukup dikenal, namun karena ingin berkembang akhirnya terpikir untuk ke makanan yang masih terlabel Kirey. Maka muncullah pengembangan untuk membuat gula semut ini. Kirey Craft merupakan usaha dibidang kerajinan untuk interior rumah. Kini masih dijalankan hanya berdasarkan pesanan karena masih berfokus pada gula semut.

Produk Kirey Gula Semut
Tahun 2006 ia melihat pembelian gula putih lebih murah daripada gula cetak, yang memang konsumsi gula putih di Indonesia ini cukup tinggi. Menurut lelaki yang pernah bekerja di perhotelan ini, jika berkaca dari orang-orang di negara maju tidak ada gula putih. Di sana adanya justru tropicana yakni gula dari jagung atau dari stevia, dan juga termasuk gula aren. Melihat peluang ini, ia memberanikan diri untuk membuat pasar ke arah ekspor khususnya gula merah kering.

Pilihan usaha ini berdasarkan alasan ketahanan daripada gula merah kering itu sendiri. Dibanding dengan gula merah cetak yang ketahanannya cukup sebentar yakni sekitar satu bulan tersebut kemudian gula bisa leleh dan lelehnya gula bagi orang luar negeri agak jijik. Dari alasan ini timbullah untuk mengembangkan gula merah kering yang bisa kuat sampai dua tahun pun tidak masalah.

Pemasaran

Berdasarkan survey memang peminatnya lebih banyak kemasan 200 gram yang dinilai tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Meski berasal dari desa dengan lokasi cukup pelosok, nyatanya Kirei juga sudah mendapatkan reseller dari beberapa kota di Indonesia.

Sementara itu untuk pemasaran dari Kirei sendiri adalah saat ada pameran atau event, keluar kota (sesuai pesanan) dan bermitra dengan salahsatu perusahaan di Jogja untuk proses ekspor. Mengapa bukan beliau sendiri? Jawabannya beliau belum bisa ekspor karena terkendala pada sertifikat organik. Tanpa sertifikat tersebut, pelaku usaha tidak bisa ekspor sembarang. Tidak mudahnya lagi dalam memperoleh sertifikat dibutuhkan waktu untuk kelayakan selama satu tahun dan biaya kurang lebih 100 juta.

“Bagaimana meyakinkan orang, ini organik asli, namun tidak ada bukti sertifikatnya. Bisa saja ajukan dari  mitra, namun jika suatu ketika ditinjau langsung tidak ada PT nya tersebut bagaimana?”

Selain itu, saat ditanya mengenai pemsaran di sejumlah toko, ia menerangkan belum banyak ingin melakukan kerjasama. Pasalnya ia pernah memiliki pengalaman bahwa hasil penjualan tidak tepat waktu untuk diberikan. Pernah juga ada pihak hotel di Jogja yang ia tawarkan gula semutnya namun tidak ingin memberikan brandnya. Penolakannya wajar, karena ini memberatkan nama Kirey untuk diangkat dan diketahui masayarakat luas tentunya. Sedemikian jatuh bangunnya suatu usaha kecil menengah namun beliau tetap positif dan berkeinginan untuk maju hingga ke pasar dunia.

Gula Semut Kelapa Original paling diburu konsumen

Sementara keuntungan yang beliau tidak dapat termasuk tidak muluk lho, hanya sekitar 500 hingga 1000 rupiah per kemasan. Beliau masih fokus pada kuantitas dan kualitas penjualan. Harga gula semut Kirey dijual berdasarkan variannya. Untuk rasa original Kirey membanderol harga 12.500 rupiah per 200 gram, sementara rasa lainnya seperti jahe, rempah, temulawak. kunyit yakni 15.000 per 200 gram. Berminat hidup sehat dengan penawaran gula yang relatif murah?

Bagikan ke :

Komentar

Perlu akses login!